“Cara untuk menggali persoalan kemanusiaan yakni dengan mencari tahu berbagai faktor penyebab krisis kemanusiaan di dunia. Baru setelah itu mencari solusi melalui nilai-nilai perspektif Islam, tentu saja dengan pendekatan multidimensi,” kata Dr. Yoyo, M.A. dalam sambutannya dalam acara International Conference on Islamic Studies di Hotel Inna Garuda Jl. Malioboro 60 Yogyakarta pada Rabu, (22/02/2017).
Acara yang diadakan Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah serta Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut berkolaborasi dengan Universitas Malaya. Tema yang diusung adalah “Reviving Islamic Values in Response to Human Crisis”.
Yoyo selaku ketua panitia berharap ke depannya kegiatan tersebut diharapkan dapat memperkuat kerja sama beberapa negara-negara Islam dan menjadi solusi atas permasalahan terkait krisis kemanusiaan saat ini.
Kegiatan ini dihadiri sekitar ratusan tamu undangan dan menampilkan tujuh pembicara andal di bidang ekonomi Islam, politik kawasan negara-negara Islam, dan kesehatan secara Islam dari tiga negara yaitu Indonesia, Inggris, dan Malaysia. Mereka di antaranya adalah Prof. Jasser Auda, Prof. Dato Seri, Dr. Asiah Abdurrahim, Dr. Ali Abdul Mun’im, Dr. A. M. Diponegoro, Prof. Dr. Mat Rofa Ismail, dan Ahmad Arifin bin Sapar, Ph.D.
Acara tersebut semakin meriah ketika dilakukan presentasi oral oleh para peneliti, dosen, dan kalangan lainnya dengan topik ekonomi, pendidikan, sosial politik, hingga topik kesehatan dalam kajian islami.
Jasser Auda dalam pidatonya menyampaikan, “Hari ini kita menghadapi krisis kemanusiaan yang bersifat multidimensi, yakni pengetahuan dan kepercayaan. Dengan kata lain, krisis pada iman dan pada akhlak. Orang Islam hari ini menerapkan keimanannya secara dangkal yang tidak dapat menggerakkan kekuatan untuk membangun peradaban.”
Sisi lain, lanjut Jasser, krisis kemanusiaan juga berimbas pada krisis pada sektor kesehatan. Banyak layanan kesehatan kini menjadi bisnis, bisnis termasuk dengan penyakit massal, perusahaan membuat penyakit sekaligus obatnya. Semuanya demi untuk memenangkan monopoli besar-besaran di seluruh dunia.